Fatin Fauziyyah

Quality Assurance (QA) Tester

Saya adalah QA Tester yang fokus pada pengujian aplikasi secara menyeluruh untuk memastikan kualitas dan keandalan sistem. Dengan pendekatan detail dan sistematis, saya memastikan bahwa setiap fitur bekerja sesuai harapan dan bebas dari bug sebelum dirilis ke pengguna. Saya terbiasa bekerja erat dengan tim pengembang dan project manager dalam proses validasi dan verifikasi produk.

Foto Fatin Fauziyyah

Tentang Saya

Saya memulai karier di bidang Quality Assurance dengan semangat untuk menjaga kualitas aplikasi yang digunakan oleh banyak orang. Pengalaman saya meliputi pengujian manual dan otomatis, serta menyusun skenario uji yang relevan untuk berbagai jenis aplikasi. Bagi saya, QA bukan hanya soal menemukan kesalahan, tetapi juga memastikan pengalaman pengguna berjalan lancar dan sesuai standar yang ditetapkan.

Keahlian Saya

Terbiasa melakukan testing fungsional, regresi, dan smoke test. Menggunakan tools seperti Postman untuk pengujian API, serta memahami automasi dengan Selenium dan Katalon. Berpengalaman menyusun test case, bug report, dan dokumentasi QA menggunakan TestRail atau Google Sheet. Memahami alur kerja Agile/Scrum dan aktif berpartisipasi dalam sprint planning serta UAT. Saya juga memiliki kemampuan analisis yang baik untuk mengidentifikasi akar masalah dan menyarankan perbaikannya.

Cerpen

"Bug yang Tak Terlihat"

Namanya Satria. Ia bukan developer, bukan juga designer. Tapi setiap pagi, dialah orang pertama yang membuka aplikasi, mencoba klik satu per satu, lalu mencatat keanehan kecil yang bahkan developer sering lewati.

Satria adalah QA tester. Hari itu ia sedang melakukan regression test untuk versi terbaru aplikasi e-wallet. Semuanya tampak normal... hingga ia coba buka halaman transfer dalam bahasa Inggris.

“Kenapa tombolnya jadi ‘Sends’?” gumamnya. Ia membuka file log dan menuliskan di board Trello: [BUG] Button Label Grammar - Should be 'Send' in EN locale.

Di mata orang lain, mungkin itu hanya typo. Tapi bagi Satria, itu mencerminkan kualitas. Ia tahu, pengguna bisa hilang hanya karena satu kesan pertama yang tidak rapi.

Menjelang sore, ia lakukan exploratory test—mengisi form dengan emoji, mengirim nilai kosong, bahkan mengaktifkan airplane mode saat submit data. “Kalau user iseng, aplikasi kita tahan nggak?”

Malamnya, ia menerima chat dari PM: "Thanks banget ya Sat, yang bug permission kemarin udah dicegah sebelum rilis. Client happy banget."

Satria menatap laptopnya dan tersenyum. Ia tidak menulis kode, tapi ia menjaga agar semuanya tetap utuh. Dalam dunia digital yang cepat dan penuh tekanan, ia adalah rem yang membuat semuanya aman sampai ke pengguna.

Karena menjadi QA bukan soal mencari kesalahan orang lain—tapi menjaga kepercayaan pengguna, satu bug yang tak terlihat sekalipun.